Disclaimer!
“Tulisan ini hanya kritik fiksi terhadap fenomena umum wakil rakyat yang lupa fungsi. Jika mirip dengan kenyataan, itu hanya kebetulan semata.”
Mari kita mulai !
Opini, kawalbangsa.com -----
Cerita dari Sebelah Dunia: "Duduk di Kursi, Lupa Fungsi"
Di sebuah daerah yang tidak terlalu dikenal peta,
tinggallah seorang wakil rakyat
yang lebih fasih menjanjikan daripada menjalankan.
Janji, bagi dia,
bukan lagi alat pengikat kepercayaan,
melainkan dekorasi kampanye.
Hiasan musiman yang dipasang saat perlu suara dan dicabut ketika kursi sudah dikuasai.
Dulu ia bicara lantang soal perubahan,
kini ia bicara seadanya asal terlihat, asal terdengar, meski tak lagi relevan.
Lucu memang.
Saat reses, ia berdiri dengan dada dibusungkan, seolah arsitek segala pembangunan.
"Jalan ini akan dibangun, itu sedang saya kawal."
Katanya sambil mengangguk yakin.
Ia pikir semua orang di kampung masih bisa dibodohi.
Atau...
ia sendiri yang tak tahu fungsi.
Sebab kalau duduk di komisi pertanian,
bicaralah soal pertanian.
Kalau di komisi pendidikan,
uruslah pendidikan.
Jangan bicara soal jalan, gorong-gorong, dan beton cor, kalau bukan itu bidangmu.
Negara ini ada sistem,
bukan pasar bebas janji.
Tapi begitulah...
Kadang semangat menjadi wakil rakyat
jauh lebih besar dari kemauan belajar tugasnya.
Jangan ngebet duduk di kursi,
kalau tak tahu harus ngapain di sana.
Dan kursinya kini empuk,
tapi kacanya gelap.
Kaca mobil tertutup rapat setiap kali masuk kampung,
seolah kampung ini sesuatu yang harus dihindari, bukan diperjuangkan.
Telinganya pun tampaknya serupa:
tertutup.Tak ingin dengar, tak ingin lihat, asal semua tetap terlihat "turun ke bawah". Ia hadir hanya saat harus,
bicara hanya saat aman dan diam saat rakyat menuntut kejelasan.
Bukan tak mampu, mungkin tak niat.
Bukan tak tahu, mungkin tak peduli.
Ia duduk di kursi yang dibayar oleh suara, tapi tak pernah benar-benar menjadi suara.
Lebih senang duduk diam di forum,
mengangguk, menyalami kamera,
pulang membawa laporan yang disusun staf, bukan disusun nurani.
Dan pada akhirnya,
ia berkata dengan senyum khas musim pemilu:
“Semua ini demi rakyat.”
Padahal rakyat sudah lama tahu:
Jika kerja hanya sebatas basa-basi,
lebih baik tak usah bicara sama sekali.
Oleh : RB Nasution